BAHASA INDONESIA : MAJAS PENEGASAN (2)
Majas adalah gaya bahasa dalam sebuah kalimat / karya sastra yang berfungsi memberikan tekanan / efek pada kalimat tersebut. Yang akan kita bahas kali ini adalah majas penegasan. Yaitu majas yang mengandung pengulangan bunyi, suku kata, frasa, atau kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah hubungan kalimat. Bahasan kita sebelumnya yaitu majas perbandingan,
bisa dilihat di (sini).
2. Majas Penegasan
a.
Majas pleonasme. Yaitu gaya bahasa yang menggunakan
kata yang sebenarnya tidak perlu dipakai sebab sudah dijelaskan pada kata yang
mendahuluinya.
Contoh :
-
Aku melihat dia mencuri dengan mata
kepalaku sendiri. Yang pasti, ia melihat pasti dengan matanya sendiri.
-
Tolong maju ke depan! Jelas, bahwa
maju itu ke depan.
b. Majas repetisi.
Yaitu gaya bahasa yang mengulang-ulang sepatah / beberapa kata dalam beberapa
kalimat.
Contoh :
-
Hanya engkau yang kudamba. Hanya engkau yang kurindukan.
Hanya engkau yang kunanti.
-
Marilah kita sambut idola kita. Marilah kita sambut pahlawan
kita. Marilah kita sambut sang juara.
c.
Majas tautologi. Yaitu gaya bahasa yang mengulang-ulang
beberapa kata atau menggunakan beberapa sinonim kata tersebut berturut-turut
dalam sebuah kalimat.
Contoh :
-
Jika aku kau bohongi, sungguh aku benci,
benci, benci.
-
Gapailah asa, harapan, dan cita-citamu
setinggi langit.
d. Majas paralelisme.
Yaitu gaya bahasa yang mengulang kata yang sama dalam sebuah puisi. Ada 2,
yaitu:
1)
Anafora, yaitu kata yang diulang terdapat
pada awal larik
Contoh :
- Kekasihku
Apatah kekal
Apatah takbersalin rupa
Apatah boga’sepanjang masa
2)
Epifora, yaitu kata yang diulang terdapat
pada akhir larik.
Contoh :
- Kalau kumau, aku
akan datang
Jika kaukehendaki, aku akan
datang
Bila kauminta, aku akan datang
e.
Majas klimaks. Yaitu gaya bahasa yang menyatakan
beberapa hal yang berturut-turut yang makin lama makin menghebat (naik)
Contoh :
-
Pelajaran yang kamu dapat di sekolah
hendaknya kamu hafalkan, kamu pahami, dan barulah kamu kuasai.
-
Pejabat RT, RW, kepala desa sampai
presiden pun tidak bisa mencampuri urusan pribadi seseorang.
f.
Majas antiklimaks. Yaitu gaya bahasa yang
kata-katanya makin lama makin melemah / turun (kebalikan dari majas klimaks).
Contoh :
-
Acara tersebut dihadiri oleh siswa SMA,
SMP, sampai SD di kabupaten tersebut.
-
Hari jadi Kabupaten Tulungagung dirayakan
oleh warga kota hingga pelosok desa.
g.
Majas inversi. Yaitu gaya bahasa yang mementingkan
predikat, dengan meletakkan di depan subjek.
Contoh :
-
Lebar sekali tertawanya. Lebar sekali merupakan
predikat, tertawanya adalah subjek.
-
Sangat putih giginya. Sangat putih merupakan
predikat, giginya adalah subjek.
h. Majas elipsi.
Yaitu gaya bahasa yang menghilangkan subjek atau predikat atau jabatan kalimat
yang lain dianggap sudah diketahui.
Contoh :
-
Ali ke sekolah pagi-pagi. (penghilangan
predikat pergi)
-
Berbohong lagi kan? Bosan aku!
(penghilangan subjek kamu)
i.
Majas retoris. Yaitu gaya bahasa yang
menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh :
-
Mungkinkah orang mati dapat hidup kembali?
-
Apakah arti dari semua ini?
j.
Majas koreksio. Yaitu gaya bahasa yang
mengandung pembetulan dari kata yang sudah diucapkan, baik itu disengaja maupun
tidak sengaja.
Contoh :
- Silakan pulang
anak-anak, eh maaf, silakan istirahat!
- Hasil hitung perkalian
8 kali 7 adalah 54, eh maksud saya 56.
k.
Majas asindenton. Yaitu gaya bahasa yang
berisi penyebutan berturut-turut hal, keadaan, atau benda tanpa kata
penghubung.
Contoh :
- Vini, vidi,
vici adalah ucapan
Julius Caesar yang berarti saya datang, saya lihat, saya menang.
l.
Majas polisindenton. Yaitu gaya bahasa yang
menggunakan banyak kata penghubung, (kebalikan dari majas asindenton).
Contoh :
- Sebelum pulang, maka ia rapikan
lagi peralatan sekolahnya karena besok akan dipergunakan lagi. Lagipula,
Pak Karto sering marah jika melihat perkakas berserakan.
Untuk majas pertentangan bisa dilihat di (sini) Terimakasih telah
berkunjung.
Komentar
Posting Komentar